Saturday, February 26, 2011

Menyoroti Krisis Ilmu-Ilmu Sosial


Mazhab Liberal dan Mazhab Marxis
            Mazhab Amerika (liberal) dan Mazhab Marxis adalah dua mazhab besar dalam ilmu sosial. Dari sudut pandangan marxis, ilmu sosial mempunyai tugas untuk menemukan hukum-hukum fundamental evolusi historis. Menurut Marx, manusia adalah totalitas seluruh koneksi sosialnya, sehingga masyarakat yang sudah terbebaskan identik dengan manusia yang sudah teremanpasi.
            Ilmu-ilmu sosial jenis marxis adalah sintesis, historis, dan determinis. Sintesis karena mencoba menangkap masyarakat dalam seluruh totalitasnya. Historis karena tidak puas dengan sekedar menganalisis masyarakat modern bedasarkan struktur yang ada, tetapi menciba mengintepretasikan masyarakat modernbedasarkan human race. Dan determinis karena mencoba membuat prediksi tentang datangnya suatu mode ekonomi dan sosial masyarakat yang tidak mungkin dihindarkan.
            
Ilmu-ilmu sosial liberal, sebaliknya memiliki karakteristik yang sangat berlainan. Secara fundamental, ilmu-ilmu sosial liberal berwatak analitis, empiris, dan probabilitas. Analitis berarti bahwa mereka melakukananalisi atas kehidupan para individu dalam masyarakat yang sudah dikenal. Empiris mengandung makna bahwa ilmu sosial liberal mencoba menerangkan pelbagai institusi dan struktur berdasarkan tingkah laku para individu, dan berdasarkan tujuan, suasana mental, serta motif-motif yang menentukan perilaku para anggotan kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam. Dan akhirnya, ilmu-ilmu sosial liberal bersifat lebih probabilitas daripada determinis, karena prinsip utamanya adalah bahwa terdapat suatu hubungan antara kebebasan dan pilihan, dan bahwa memahami hubungan antara keduanya merupakan sasaran analisis sosial.
            Perbedaan-perbedaan diantara dua mazhab tersebut, sebagaimana disebutkan diatas, mempengaruhi jalan pikiran para pendukung ilmu-ilmu sosial dimana saja di dunia ini, termasuk Indonesia. Mazhab liberal melahirkan pelbagai varian seperti halnya marxis yang walaupun mengalami perubahan di sana-sini, tetapi mempunyai konsep-konsep pokok yang sama.
            Teori dependesia (kebergantungan) yang dikembangkan antara lain oleh Andre Gunder Frank, seorang neo-marxis lulusan Universitas Chicago, sekarang ini banyak diminati oleh sarjana-sarjana di negara berkembang, barangkali karena sepintas teori ini dapat menawarkan suatu solusi gampang bagi keterbelakangan atau kemelaratan di Dunia ketiga. Mari kita lihat secara sepintas kelemahan-kelemahan ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan di Indonesia, sehingga akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang krisis ilmu-ilmu sosial di negara kita.

  •   Teori Liberal


Dalam membahas teori-teori ilmu sosial aliran liberal, kita dapat mengambil beberapa contoh yang yang di Indonesia pernah dan masih berlaku keras, walaupun teori-teori itu tidak banyak relevansinya dengan masyarakat Indonesia sendiri.
Misalnya teori atau pendekata fungsional. Karena tidak waspada bahwa pendekatan sistem-fungsional tersebut sesungguhnya sangat etnosentris, maka kita lantas dihinggapi kelatahan-akademis, sambil menyakini bahwa yang diteorisasi oleh sarjana-sarjana Amerika itu adalah teori universal yang juga pasti berlaku di Indonesia. Kita tidak ingat bahwa teori sistem fungsional itu sesungguhnya tidak lebih daripada neologisme yang sangat kaku.
Contoh teori lain yang juga sering disebut-sebut di Indonesia adalah dari Daniel Lerner dalam bukunya The Passsing of Traditional Society, yang membahas tentang trilogi urbanisasi, literasi dan pembangunan media massa sebagai variabel-variabel determinatif dalam pembangunan nasional suatu bangsa.
Kemudian juga dari Huntington dalam bukunya Political Order in Charge Societies, salah satu argumennya adalah bahwa tertib politik sebagai tujuan dari perubahan politik dapat didekati sebagaimana kita mendekati pertumbuhan ekonomi seperti dilukiskan dalam buku-buku teks ekonomi.


  •   Teori Neo-Marxis


Kali ini sarjana ilmu sosial di negara kita kena penyakit baru, yaitu latah pada suatu teori neo-marxis yang disebut dengan teori dependencia. Banyak mahasiswa tingkat terakhir di pelbagai kampus mengagumi teori dependencia sebagai suatu kebenaran, oleh karena itu tidak mau meliahat perspektif teori lainnya. Hal ini cukup menyedihkan, mengingat keterbukaan berpikir seharusnya menjadi ciri manusia akademis dimanapun mereka berada.
Teori neo-marxis yang mendapat pasaran di Dunia Ketiga (termasuk Indonesia) sesungguhnya mengindap beberapa kelemahan besar. Pertama, teori dependencia tidak pernah membuat suatu elaborasi mengenai apa yang harus dilakukan setelah berhasilnya revolusi sosialis. Kedua, para toritisi tidak pernah menyebutkan pentingnya perjuangan kelas. Ketiga, istilah-istilah kunci seperti misalnya development, dependence, underdevelopment, atau socialist revolution yang sering dipakai tidak mempunyai arti yang jelas, berhubung penulis satu dengan yang lain kerap memberikan arti yang beberda-beda sesuai dengan konteks yang dibicarakan.
Keempat, konsep hirarki-eksploitatif sejak dari pusat metropolitan sampai ke buruh pertanian yang paling rendah, bisa dikatakan sudah ketinggalan zaman. Kelima, teori dependencia mempunyai suatu kelemahan logika yang cukup serius. Karena ia mengambil asumsi bahwa sistem kapitalis internasional adalah sebab utama dari keterbelakangan negara-negara berkembang dan kemelaratan Dunia Ketiga dalam tingkat nasional, regional dan lokal, maka dapat disimpulkan secara logis bahwa sistem kapitalis dunia itu merupakan suatu kejahatan, dengan kalimat lain kejahatan sudah inheren dalam sistem tersebut.

Bagaimana Sikap Kita?
            Tidak saja dalam bidang bidang ilmu teknologi dan ekonomi kita tergantung pada dunia luar yang lebih maju dari kita, melainkan juga di bidang ilmu-ilmu sosial kita masih menjadi penerima dan konsumen. Untuk menciptakan teori-teori sendiri yang lebih relevan dengan masyarakat kita, barangkali diperlukan waktu yang cukup panjang. Karena itu kita harus benar-benar bersikap kritis dalam memakai teori-teori yang datangnya dari luar.
            Lantas bagaimanakah sikap kita sebaiknya? Sebelum kita mampu menciptakan teori-teori dan paragdima kita sendiri yang lebih relevan dengan kondisi sosial kita, sikap yang terbaik adalah sikap open-minded dan elektis, terbuka dan selalu mencari dan mengambil yang paling baik dan paling cocok dari aneka teori yang ditawarkan dalam khazanah ilmu-ilmu sosial. Dengan sikap dan pandangan elektis itulah kita di Indonesia dapat mengambil manfaat dari teori-teori yang diajukan.
Ket : Tugas kuliah Sosiologi Politik Islam, Drs. Suswanta, M. Si.
Ref. : Cakrawala Islam, Dr. H. Amien Rais.

Friday, February 25, 2011

Pengertian : Partai Politik

Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.
Dalam rangka memahami Partai Politik sebagai salah satu komponen Infra Struktur Politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai Partai Politik, yakni :
  1. Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin Partainya, dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada anggota Partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.
  2. R.H. Soltou: Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya terorganisir, yang bertindak sebagai satukesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.
  3. Sigmund Neumann: Partai Politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
  4. Miriam Budiardjo: Partai Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.


Referensi : http://id.wikipedia.org

Saturday, February 19, 2011

Pengantar : Politik Islam


Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara).
Jadi, asalnya makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : ‘Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara (masûsah) bila pemeliharanya ngengat (sûsah)’, artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat yang menghancurkan kayu. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR. Al Hakim)
Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang jihad apa yang paling utama. Ia menjawab : "Kalimat haq yang disampaikan pada penguasa" (HR. Ahmad).
Berarti secara ringkas Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan seluruh umat Muslim.
Namun, realitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang beraqidahkan sekularisme, baik dari kalangan non muslim atau dari kalangan umat Islam. Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi dari kebenaran Islam, kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna lurus politik tadi. Bahkan, dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik. Hal ini memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama (Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta, kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian, sayangnya, sadar atau tidak mempengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi merupakan kebenaran yang digunakan untuk kebathilan (Samih ‘Athief Az Zain, As Siyasah wa As Siyasah Ad Dauliyyah, hal. 31-33). Jadi secara ringkas Islam tidak bisa dipisahkan dari politik.

http://id.wikipedia.org

Friday, February 18, 2011

Bapak Sosiologi Islam : Ibnu Khaldun


Ibnu Khaldun, nama lengkapnya adalah Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H, bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M.  Nama kecilnya adalah Abdurrahman, sedangkan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarga, karena dihubungkan dengan anaknya yang sulung. Waliuddin adalah kehormatan dan kebesaran yang dianugerahkan oleh Raja Mesir sewaktu ia diangkat menjadi Ketua Pengadilan di Mesir.
Dunia mendaulatnya sebagai `Bapak Sosiologi Islam’. Sebagai salah seorang pemikir hebat dan serba bisa sepanjang masa, buah pikirnya amat berpengaruh. Sederet pemikir Barat terkemuka, seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Robert Flint, Arnold J Toynbee, Ernest Gellner, Franz Rosenthal, dan Arthur Laffer mengagumi pemikirannya.
Tak heran, pemikir Arab, NJ Dawood menjulukinya sebagai negarawan, ahli hukum, sejarawan dan sekaligus sarjana. Dialah Ibnu Khaldun, penulis buku yang melegenda, Al-Muqaddimah. Ilmuwan besar yang terlahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 atau 1 Ramadhan 732 H itu memiliki nama lengkap Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad Ibn Khaldun Al-Hadrami Al-Ishbili. Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut (Yaman) yang bermigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 M, setelah semenanjung itu ditaklukan Islam.
Setelah Spanyol direbut penguasa Kristen, keluarga besar Ibnu Khaldun hijrah ke Maroko dan kemudian menetap di Tunisia. Di kota itu, keluarga Ibnu Khaldun dihormati pihak istana dan tinggal di lahan milik dinasti Hafsiah. Sejak terlahir ke dunia, Ibnu Khaldun sudah hidup dalam komunitas kelas atas.
Ibnu Khaldun hidup pada masa peradaban Islam berada diambang degradasi dan disintegrasi. Kala itu, Khalifah Abbasiyah di ambang keruntuhan setelah penjarahan, pembakaran, dan penghancuran Baghdad dan wilayah disekitarnya oleh bangsa Mongol pada tahun 1258, sekitar tujuh puluh lima tahun sebelum kelahiran Ibnu Khaldun.
Guru pertama Ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Sejak kecil, ia sudah menghafal Alquran dan menguasai tajwid. Selain itu, dia juga menimba ilmu agama, fisika, hingga matematika dari sejumlah ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia. Ia selalu mendapatkan nilai yang memuaskan dalam semua bidang studi.
Studinya kemudian terhenti pada 749 H. Saat menginjak usia 17 tahun, tanah kelahirannya diserang wabah penyakit pes yang menelan ribuan korban jiwa. Akibat peristiwa yang dikenal sebagai Black Death itu, para ulama dan penguasa hijrah ke Maghrib Jauh (Maroko).
Ahmad Syafii Maarif dalam bukunya Ibn Khaldun dalam pandangan Penulis Barat dan Timur memaparkan, di usia yang masih muda, Ibnu Khaldun sudah menguasi berbagai ilmu Islam klasik seperti filsafat, tasawuf, dan metafisika. Selain menguasai ilmu politik, sejarah, ekonomi serta geografi, di bidang hukum, ia juga menganut madzhab Maliki.
Sejak muda, Ibnu Khaldun sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai intrik politik. Pada masa itu, Afrika Utara dan Andalusia sedang diguncang peperangan. Dinasti-dinasti kecil saling bersaing memperebutkan kekuasaan, di saat umat Islam terusir dari Spanyol. Tak heran, bila dia sudah terbiasa mengamati fenomena persaingan keras, saling menjatuhkan, saling menghancurkan.
Di usianya yang ke-21, Ibnu Khaldun sudah diangkat menjadi sekretaris Sultan Al-Fadl dari Dinasti Hafs yang berkedudukan di Tunisia. Dua tahun kemudian, dia berhenti karena penguasa yang didukungnya itu kalah dalam sebuah pertempuran. Ia lalu hijrah ke Baskarah, sebuah kota di Maghrib Tengah (Aljazair).
Ia berupaya untuk bertemu dengan Sultan Abu Anam, penguasa Bani Marin dari Fez, Maroko, yang tengah berada di Maghrib Tengah. Lobinya berhasil. Ibnu Khaldun diangkat menjadi anggota majelis ilmu pengetahuan dan sekretaris sultan setahun kemudian. Ia menduduki jabatan itu selama dua kali dan sempat pula dipenjara. Ibnu Khaldun kemudian meninggalkan negeri itu setelah Wazir Umar bin Abdillah murka.
Ia kemudian terdampar di Granada pada 764 H. Sultan Bani Ahmar menyambut kedatangannya dan mempercayainya sebagai duta negar di Castilla, sebuah kerajaan Kristen yang berpusat di Seville. Tugasnya dijalankan dengan baik dan sukses. Namun tak lama kemudian, hubungannya dengan Sultan kemudian retak.
Dua tahun berselang, jabatan strategis kembali didudukinya. Penguasa Bani Hafs, Abu Abdillah Muhammad mengangkatnya menjadi perdana menteri sekaligus, khatib dan guru di Bijayah. Setahun kemudian, Bijayah jatuh ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad, gubernur Qasanthinah (sebuah kota di Aljazair). Ibnu Khaldun lalu hijrah ke Baskarah.
Ia kemudian berkirim surat kepada Abu Hammu, sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad yang isinya akan memberi dukungan. Tawaran itu disambut hangat Sultan dan kemudian memberinya jabatan penting. Iming-iming jabatan itu ditolak Ibnu Khaldun, karena akan melanjutkan studinya secara otodidak. Ia bersedia berkampanye untuk mendukung Abu Hammu. Sikap politiknya berubah, tatkala Abu Hammu diusir Sultan Abdul Aziz.
Ibnu Khaldun kemudian berpihak kepada Abdul Aziz dan tinggal di Baskarah. Tak lama kemudian, Tilmisan kembali direbut Abu Hammu. Ia lalu menyelamatkan diri ke Fez, Maroko pada 774. Saat Fez jatuh ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad, ia kembali pergi ke Granada buat yang kedua kalinya. Namun, penguasa Granada tak menerima kehadirannya.
Ia balik lagi ke Tilmisan. Meski telah dikhianati, namun Abu Hammu menerima kehadiran Ibnu Khaldun. Sejak saat itulah, Ibnu Khaldun memutuskan untuk tak berpolitik praktis lagi. Ibnu Khaldun lalu menyepi di Qa’lat Ibnu Salamah dan menetap di tempat itu sampai tahun 780 H. Dalam masa menyepinya itulah, Ibnu Khaldun mengarang sejumlah kitab yang monumental.
Di awali dengan menulis kitab Al-Muqaddimah yang mengupas masalah-masalah sosial manusia, Ibnu Khaldun juga menulis kitab Al-`Ibar (Sejarah Umum). Pada 780 H, Ibnu Khaldun sempat kembali ke Tunisia. Di tanah kelahirannya itu, ia sempat merevisi kitab Al’Ibar.
Empat tahun kemudian, ia hijrah ke Iskandaria (Mesir) untuk menghindari kekisruhan politik di Maghrib. Di Kairo, Ibnu Khaldun disambut para ulama dan penduduk. Ia lalu membentuk halaqah di Al-Azhar. Ia didaulat raja menjadi dosen ilmu Fikih Mazhab Maliki di Madrasah Qamhiyah. Tak lama kemudian, dia diangkat menjadi ketua pengadilan kerajaan.
Ibnu Khaldun sempat mengundurkan diri dari pengadilan kerajaan, lantaran keluarganya mengalami kecelakaan. Raja lalu mengangkatnya lagi menjadi dosen di sejumlah madrasah. Setelah menunaikan ibadah haji, ia kembali menjadi ketua pengadilan dan kembali mengundurkan diri. Pada 803 H, dia bersama pasukan Sultan Faraj Barquq pergi ke Damaskus untuk mengusir Timur Lenk, penguasa Mogul.
Berkat diplomasinya yang luar biasa, Ibnu Khaldun malah bisa bertemu Timur Lenk yang dikenal sebagai penakluk yang disegani. Dia banyak berdiskusi dengan Timur. Ibnu Khaldun, akhirnya kembali ke Kairo dan kembali ditunjuk menjadi ketua pengadilan kerajaan. Ia tutup usia pada 25 Ramadhan 808 H di Kairo. Meski dia telah berpulang enam abad yang lalu, pemikiran dan karya-karyanya masih tetap dikaji dan digunakan hingga saat ini.

Sumber : www.gaulislam.com

Friday, February 11, 2011

Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi di Dunia & Indonesia


Awal perkembangan sosiologi :
  • Auguste Comte (1789-1857) merupakan filsafat Prancis pertama yang merumuskan buah pikirannya sekaligus sebagai pelopor perkembangan sosiologi.
  • Auguste Comte membagi 3 tahap perkembangan intelektual, yaitu :
    1. Tahap Teologi / Fiktif
Tahap dimana manusia menfsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara teologis yaitu dengan kekuatan yang dikendalikan ruh dewa atau Tuhan Yang Maha Esa.
    2. Tahap Metafisika
Tahap dimana manusia menganggap dalam setiap gejala terdapat kekuatan yang akhirnya dapat ditentukan. Contohnya, cita-cita seseorang.
    3. Tahap Ilmu Pengetahuan Positif
Tahap akhir dari perkembangan manusia dimana memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan konkrit tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya.
  • Sebelum Masehi dan sebelum Auguste Comte mempopulerkan istilah sosiologi, terdapat tokoh-tokoh lain juga seperti :

    1. Plato (429-347 SM). 
    2. Aristoteles (384-322 SM). 
    3. Filsuf Arab Ibnu Khaldun (1372-1406). 
    4. Pada Zaman Renaissance : N. Machiavelly, Thomas More & Campanella. 
    5. Hobbes. 
    6. John Locke & JJ Rousseau.
    7. Saint Simon.

Timbulnya sosiologi modern :
  • Filsafat dikenal sebagai MATER SCIANTIARUM.
  • Pertengahan abad 20 ada perubahan yang mewarnai sosiologi. Tokoh yang paling berpengaruh adalah Emile Durkheim (1858-1917) seorang sosiolog Perancis.
  • W.I Thomas (1863-1947) memberikan dorongan lebih besar bagi perkembangan yang lebih baru lagi bagi Amerika.
  • Perkembangan mencapai momentum penting tepatnya dalam tahun PD II hingga sekarang.
  • Herbert Spencer (1176) menggabungkan teori penting tentang evolusi sosial. Evolusi secara gradasi dari masyarakat primitf berkembang ke arah masyarakat industri.
  • Sosiolog Amerika, Lesterward (1883) menerbitkan karya Dinamic Sociology tentang perkembangan sosiologi melalui aktivitas sosial yang dapat dilakukan oleh para sosiolog.
  • Emile Durkheim (1895) menulis Rule Of Sociological Method. Kalsifikasi studinya adalah kelompok masyarakat dibeberapa negara.
  • Max Weber (1884-1920) berpendapat bahwa studi ilmu sosial berdasarkan gejala dalam kehidupan dunia bersama. Seorang sosiolog perlu kebebasan dan objektivitas serta berusahamenghindarkan faktor individual dalam penelitian dan kesimpulannya.

Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Soerjono soekanto membagi perkembangannya menjadi 2 periode, yaitu :
  • Sebelum PD II
Bukti-buktinya, antara lain :
  • Sri Paduka Mangkunegara IV dengan ajaran Wulang Reh (Inter Group Relation).
  • Ki Hajar Dewantara dengan konsep kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang nyata dipraktekan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
  • Karya sarjana Belanda : Snouck Hurgronye, Van Vollen Hoven, Ter Haar yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai objek perhatian. Pada tulisan-tulisan tersebut nampak adanya unsur-unsur sosiologis yang dikupas secara ilmiah.
  • Periode Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta yang memberikan kuliah Sosiologi hanya sebagai orientasi pengajaran yang bersifat sosial dan teoritis. Tahun 1934/1935 kuliah sosiologi ditiadakan karena dianggap tidak diperlukan dalam hubungannya dengan pelajaran hukum.

  • Setelah PD II
  • Kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945 pada Akademik Ilmu polotik Yogyakarta sekarang dikenal Fakultas Sosial Politik UGM diajarkan mata kuliah Sosiologi.
  • Tahun 1950 dibuka kesempatan bagi mahasiswa dan sarjana unutk belajar ke luar negeri memperdalam pengetahuanya tentang sosiologi.
  • Buku sosiologi karangan Djody Gondokusuma “Sosiologi Indonesia” dan Hassan Shadily “Sosiologi Untuk Masyarakat indonesia” merupakan buku pertama berbahasa Indonesia, serta Selo Soemardjan “Social Changes in Yogyakarta” merupakan desertasinya untuk mencapai Doktor pada Cornel University.
  • Suasana revolusi fisik terasa kehausan golongan terpelajar akan ilmu pengetahuan untuk membantu usaha mereka dalam memahami perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.

Referensi : Pengantar Sosiologi, Soerjono Soekanto.

Thursday, February 10, 2011

Sekilas Tentang : Distribusi Frekuensi


A. Pengertian:
“Distribusi Frekuensi adalah penyajian data yang telah digolongkan dalam kelas-kelas menurut urutan tingkatannya beserta jumlah individu pada masing-masing kelas”. Bisa dengan kata lain distribusi adalah upaya mengolah data mentah menjadi data matang dengan cara menggunakan penggolongan berdasar kategori-kategori tertentu.

B.    Bagian-Bagian Distribusi Frekuensi:
Sebuah distribusi frekuensi memiliki bagian-bagian pokok sebagai berikut:
  1. Kelas, yaitu kelompok nilai data atau variabel
  2. Batas kelas, yaitu nilai-nilai kelas yang membatasi kelas satu dengan yang lain. Ada dua batas kelas, yaitu batas kelas bawah yang terdapat pada sisi kiri setiap kelas, serta batas kelas atas yang terdapat pada sisi kanan setiap kelas.
  3. Tepi kelas atau batas riil kelas adalah batas kelas yang tidak memilikilubang untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan yang lain, yang terdiri atas tepi bawah kelas serta tepi atas kelas. Penentuan tepi kelas adalah dengan mencari titik tengah antara  batas atas kelas dengan batas bawah kelas di atasnya.
  4. titik tengah kelas adalah angka atau nilai data yang terletak tepat di tengah suatu kelas. Titik tengah adalah representasi kelas yang  bersangkutan. TTK = ½ (Batas atas + Batas bawah)
  5. Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas satu dengan kelas yang lain
  6. Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk dalam kelas tertentu.
PAD
Frekuensi
50 – 59
16
60 – 69
32
70 – 79
20
80 – 89
17
90 - 99
15
Jumlah
100

Dari distribusi di atas dapat dijelaskan:
    1. banyaknya kelas adalah 5
    2. batas kelas-kelas adalah 50, 59, 60, 69. 70, 79, 80, 89, 90, 99
    3. batas bawah kelas adalah 50, 60, 70, 80, 90
    4. batas atas kelas adalah 59, 69, 79, 89, 99
    5. batas nyata kelas adalah 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5
    6. tepi bawah kelas adalah 49,5  59,5  69,5  79,5  89,5
    7. tepi atas kelas adalah 59,5  69,5  79,5  89,5 99,5
    8. titik tengah kelas adalah 54,5  64,5  74,5  84,5  94,5
    9. interval kelas adalah 50 – 59, 60 – 69, 79 – 79, 80 – 89, 90 – 99
    10. jarak interval kelas adalah masing-masing 10
    11. Frekuensi kelas adalah 16, 32, 20, 17, 15
    12. Banyaknya data (N) adalah 100

C.        Jenis Distribusi Frekuensi:
            Dilihat dari jenisnya terdapat dua macam, yaitu distribusi frekuensu tunggal dan distribusi frekuensi kelompok.

  1. Distribusi Frekuensi Tunggal
Distribusi frekuensi tunggal adalah jenis distribusi frekuensi yang mengelompokkan data mentah berdasarkan kategori tunggal, bukan kelompok. Biasanya jenis ini digunakan untuk jenis data yang jarak interval nilai terteinggi dan terendah maksimal 10.

Misalnya:                                                                                                
Penelitian tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari 10  kabupaten/kota di Indonesia  secara acak menunjukkan data mentah sebagai berikut (Dalam Milyard rupiah):

            20        19        22        22        21        21        23        21        20        21

Guna membuat data mentah tersebut bermakna, maka perlu dilakukan pengolahan data. Cara yang paling sederhana untuk mengolah data tersebut adalah dengan DATA ARRAY yaitu dengan mengurutkan data dari nilai terendah ke tertinggi atau sebaliknya.

      Untuk mengarray data mentah di atas dapat dilakukan sebagai berikut:
Dari PAD terendah:
19        20        20        21        21        21        21        22        22        23       
atau dari PAD tertinggi:
            23        22        22        21        21        21        21        20        20        19

            Dengan data array tersebut akan mempermudah untuk melihat distribusi frekuensinya. Namun apabila data mentah jumlahnya ratusan, penggunaan data array tidak lagi efisien, sehingga digunakan distribusi frekuensi menggunakan tabulasi.

Misalnya:
            Dalam penyelidikan data harian keluhan pelanggan Perusahaan Air Minum Kota Batu dalam kurun waktu satu bulan (30 HARI) menunjukkan data sebagai berikut:
            7          6          6          6          5          7          5          5          4          5
            6          6          6          6          6          5          6          8          6          6
            7          7          5          6          7          7          7          7          5          5
                                   
Langkah untuk membuat distribusi frekuensinya adalah:
  1. Buatlah tabel dengan dua kolom yang terdiri kolom 1: Kuantitas komplain, Kolom 2: Frekuensi.
  2. Tentukan nilai terendah dan tertingginya, kemudian masukkan sebagai kriteria dalam kelas.
  3. Lakukan tabulasi berdasarkan kolom atau baris
  4. Isi frekuensi yang ada berdasarkan hasil jari-jari

      Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

DISTRIBUSI FREKUENSI KOMPLAIN PELANGGAN PDAM KOTA BATU

Jumlah Komplain (X)
FREKUENSI (f)
4
1
5
8
6
12
7
                     8       
8
1
JUMLAH
30

            Dikatakan distribusi frekuensi tunggal, karena kategori X (Kuantitas komplain) nya hanya tunggal bukan merupakan kelompok.

  1. Distribusi Frekuensi Kelompok



            Berbeda dengan distribusi frekuensi tunggal, distribusi frekuensi kelompok agak rumit, karena proses pembuatan tabelnya mesti menggunakan rumus baku (pendekatan STURGESS), yang rumusnya adalah sebagai berikut.
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 Log N,    (dimana N= jumlah populasi)
Interval Kelas = Range / Banyak kelas
Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah


Misalnya:
Penelitian pengeluaran 80 KK di Kab. Bantul selama satu bulan adalah sebagai berikut:
      68        84        75        82        68        90        62        88        76        93
      73        79        88        73        62        93        71        59        85        75
      62        65        75        87        74        62        95        78        63        72
      66        78        82        75        94        77        69        74        68        62
      96        78        89        62        75        95        62        79        83        71
      79        62        67        97        78        85        76        65        71        75
      65        80        73        57        88        78        62        76        53        74
      86        67        73        81        72        63        76        75        85        77
Langkah pembuatan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut:
  1. Tentukan range-nya:  97 – 53 = 44
  2. Tentukan jumlah kelas yang dibutuhkan             =  1 + 3,3 Log 80  = 1 + 3,3 (1,90)
= 7,28 kelas dibulatkan 7
  1. Tentukan interval kelas = 44 / 7,28 = 6,04  dibulatkan 6
  2. Buatlah tabel dengan dua kolom yang terdiri kolom Kelas, Frekuensi.
  1. Tentukan kelas terendah dan tertinggi, dan masukkan sebagai kriteria kelas.
  2. Lakukan tabulasi berdasarkan kolom atau baris
  3. Isi frekuensi

DISTRIBUSI FREKUENSI PENDAPATAN 80 KELUARGA

KELAS (X)
FREKUENSI (f)
53 – 58
1
59 – 64
2
65 – 70
17
71 – 76
13
77 – 82
24
83 – 88
9
89 – 94
7
95 – 100
7
Total
80

Sumber : Diktat Statistik Sosial, Dr. Suranto