illustrasi |
Seharusnya para pemimpin partai politik itu, sudah berpikir membubarkan partai-partai yang mereka pimpin. Partai-partai politik yang ada sudah tidak layak lagi diberi hak hidup. Rakyat pun tak perlu lagi memberikan dukungan kepada mereka. Rakyat sudah harus memahami, bagaimana hakekat partai-partai yang ada sekarang ini.
Tidak ada satupun partai politik yang serius dan sungguh-sungguh membela kepentingan rakyat. Justru keberadaan partai politik itu, hanyalah menghancurkan kehidupan rakyat. Mereka tidak pernah menjadi wakil rakyat. Mereka tidak secara tulus memperjuangkan kepentingan rakyat. Para pemimpin partai politik telah memanipulasi suara rakyat, dan suara rakyat digunakan kepentingan para elite partai. Rakyat yang sejatinya pemilik suara yang sebenarnya dibajak oleh para pemimpin partai.
Rakyat selalu dininabobokkan dengan kata-kata, suara rakyat adalah suara tuhan. Faktnya, rakyat hanyalah kumpulan manusia yang menjadi korban, dan menjadi alat kepentingan elite partai. Elite partai hanyalah menomorsatukan kepentingan pribadinya, golongannya, dan kroni-kroninya. Tidak lagi menjadikan aspirasi rakyat menjadi tema dan agenda perjuangan mereka. Ketika mendapatkan jabatan kekuasaan, dan memegang kekuasaan, tak pernah lagi ingat terhadap rakyat. Janji-janji yang pernah mereka ucapkan dan sampaikan ketika berlangsung kampanye tak lagi diwujudkan, ketika mereka sudah berkuasa.
Bagaimana sekarang dengan sangat telanjang para para pemimpin utama partai-partai politik terlibat dalam korupsi. Tidak ada satupun partai politik yang tidak terlibat dalam korupsi di semua tingkatan. Jabatan dan kekuasaan yang mereka miliki, bukan berkah bagi rakyat. Sebaliknya, jabatan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin partai itu, justeru menjadi azab bagi rakyat.
Hidup rakyat semakin jauh dari kehidupan yang layak. Semakin banyak rakyat yang miskin. Semakin banyak yang hidupnya semakin menderita. Tak lagi mendapatkan perlindungan yang layak. Sebagai warga negara. Bandingkan dengan para elite partai politik? Mereka hidup dengan sangat mewah. Tanpa batas. Seakan sudah menjadi keniscayaan hidup mewah itu. Banyak para pemimpin partai yang berstatus sebagai pemimpin "dakwah" (mendadak mewah). Tanpa jelas asal usul kekayaan yang dimilikinya.
Hari-hari ini bangsa Indonesia disuguhi sebuah kisah yang sangat getir. Di mana di satu sisi rakyat menghadapi kemiskinan, di satu sisi yang lain, melihat kemewahan kehidupan yang sangat luar biasa, yang sebagian dipertontonkan oleh para pemimpin partai. Mereka seakan tidak memahami kehidupan bangsa Indonesia yang sedang ditimpa krisis.
Hari-hari ini bangsa Indonesia hanya mendengarkan dan melihat berita di berbagai media, yang menyuguhkan informasi dalam bentuk berita, tentang korupsi. Korupsi yang dilakukan para elite partai. Semua jajaran partai sudah sangat terlibat dalam korupsi. Tidak ada yang tidak berlaku korup. Korupsi sudah menjadi aktifitas yang wajar. Korupsi sudah menjadi sebuah budaya.
Hari-hari ini bangsa Indonesia melihat dengan gamblang, para pemimpin partai harus berhadapan dengan KPK. Mulai dari Ketua Umum, Bendahara, Sekretaris, sampai Dewan Pembina Partai. Semua menjadi "pasien" KPK. Mereka seperti tikus busuk yang menggerogoti uang rakyat (APBN). Tanpa peduli. Mereka menikmati uang rakyat (APBN) dengan lahap. Para pemimpin partai itu, seperti tak pernah merasa kenyang dengan menggerogoti uang rakyat (APBN) itu. Sampai-sampai para elite partai yang memegang jabatan publik itu, al-Qur'an pun menjadi objek mereka. Al-Qur'an menjadi bahan objekan korupsi. Tidak dapat lagi memilih-milih. Semua hal di Indonesia bisa dikorup. Kalau al-Qur'an yang merupakan wahyu dari Allah Rabbulan Alamin, sudah menjadi ajang korupsi? Lalu, bagaimana moralitas agama para pejabat Indonesia? Kejahatan yang mereka lakukan melebihi segala bentuk kejahatan yang pernah ada.
Padahal, yang melakukan korupsi pengadaan al-Qur'an itu, dulunya pernah menjadi aktivis, dan memiliki idealisme. Mengapa sesudah masuk menjadi anggota partai politik, dan menjadi pejabat publik, perilakunya begitu busuk? Belum lagi kasus-kasus moral di kalangan elite partai politik. Bukan berkaitan dengan masalah korupsi. Tetapi, berkaitan dengan perbuatan faqisah (dosa besar) zina. Berapa banyak anggota DPR yang kedapatan di tempat-tempat mesum, dan bahkan mereka melakukan foto bugil bersama dengan perempuan yang bukan menjadi muhrimnya. Tanpa sedikitpun rasa malu.
Ada pula, yang saat sidang paripurna di DPR, sedang asyik mengunduh gambar-gambar porno dari IPadnya. Hari Jum'at. Hanya dengan alasan jenuh. Ini sesuatu yang tidak masuk akal. Padahal, anggota DPR yang mengunduh gambar porno, yang sempat diabadikan wartawan itu, dikenal sebagai tokoh partai Islam. Mengapa semua itu bisa berlangsung? Aktifitas mereka di DPR, sepertinya juga asal-asalan. Tidak produktif. Fungsi legislasi tidak optimal. Fungsi anggaran justeru menjadi tempat dagang, dan mendapatkan "fee", dan mempertebal kantong. Fungsi kontrol terhadap ekskutif, juga tak jalan, karena para pemimpin partai politik sudah diikat dengan tali "koalisi" oleh kekuasaan. Dengan sistem "dagang sapi", dan barter politik, yang sudah lazim.
Rapat-rapat paripurna yang akan mengambil keputusan kursinya kosong melompong. Meskipun, awalnya paripurna itu mencapai quorum, tetapi mereka pergi tak pernah mengikuti acara paripurna, dan hanyalah meninggalkan absen belaka. Tetapi, mereka selalu berebut dengan berbagai fasilitas yang sangat luar biasa. Republik ini layak menjadi negara gagal. Kalau melihat para perilaku pemimpin politiknya, hampir sebagian besar terdiri dari orang-orang yang secara moral bobrok, dan tidak memiliki tanggung jawab. Mereka hanya mengejar kenikmatan dunia, dan memuaskan hawa nafsu. Tanpa mempedulikan lagi moralitas agama.
Partai-partai politik yang seharusnya menjadi jembatan bagi rakyat dan bangsa dalam melakukan perbaikan, tetapi justeru yang dilakukan para pemimpin partai politik dan elitenya melakukan penghancuran secara total kehidupan yang ada. Maka seharusnya mereka membubarkan diri. Tidak membiarkan diri mereka terus-menerus terlibat dalam berbagai kejahatan, termasuk korupsi yang sangat dibenci rakyat. Wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment