Mungkin bagi mahasiswa tingkat akhir nama "proposal" bukanlah sebuah nama yang asing lagi di telinga. Bagi mahasiswa, proposal bisa diibaratkan bagai dua sisi mata uang. Disatu sisi proposal bagaikan "pujaan hati" bagi mahasiswa, karena menyusun proposal adalah dambaan bagi setiap mahasiswa, tiga tahun adalah waktu yang harus dilewati untuk bisa bercengkrama dengan makhluk seksi yang bernama proposal itu. Dan disatu sisi lainnya, proposal juga dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan bagi sebagian kalangan mahasiswa, hal tersebut terjadi karena ketidaksiapan diri dalam menghadapi "hantu" yang satu ini, dan ditambah lagi dengan penyakit yang kini menyerang kaum mahasiswa "galau" menambah kerumitan dalam menyusun proposal tersebut. Proposal sendiri bisa disebut pra-skripsi, dan merupakan tahap awal yang harus dilewati oleh setiap mahasiwa memperoleh gelar sarjana oleh karena itu perlu bagi setiap mahasiswa untuk memahami proposal itu sendiri.
Kelengkapan dan Sitematika Penulisan Proposal
1. Judul Proposal Penelitian
Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal penelitian. Karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya. Bila memang tidak dapat dipersingkat, meskipun tetap panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu judul utama, dan anak judul. Penghalusan atau perubahan judul juga perlu mempertimbangkan bahwa judul tersebut akan diakses (dicari) dengan komputer, sehingga pakailah kata atau istilah yang umum dalam bidang ilmunya.
Menurut pengalaman, judul menjadi hambatan utama bagi kebanyakan mahasiswa dalam menyusun proposal, hal tersebut terjadi karena kesusahan dalam menentukan judul. Oleh karena itu ada baiknya rancangan judul telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari, yakni disemester awal kuliah.
2. Latar Belakang
Latar belakang berisi uraian mengenai penting dan perlu dilakukannya penelitian. Alasah harus diarahkan pada sifat dan implikasi dari gejala itu sendiri, akan lebih baik lagi bila mendapat justifikasi teori atau konsep. Karenanya, dalam latar belakang perlu dikemukakan pula berbagai fakta untuk memperkuat alasan perlunya dilakukan penelitian tersebut.
3. Perumusan Masalah
- Perumusan masalah adalah kunci dalam setiap penelitian, tidak ada masalah maka tidak ada penelitian.
- Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dengan tajam, jelas, terarah, dan harus mengikuti logika berfikir yang benar.
- Perumusan masalah didasarkan pada kreatifitas dan imaginasi peneliti, yang dapat bersumber dari minat personal atau bersumber dari teori.
- Masalah itu harus bersifat problematis, artinya mempunyai kesenjangan antara yang nyata dengan yang ideal, sehingga membutuhkan penjelasan karena kesenjangan itu akan mempunyai implikasi yang luas baik secara teoritis mapun praktis.
- Karenanya, masalah itu cukup satu. Kemudian, masalah tersebut dielaborasi (diturunkan) menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian, tapi jangan terlalu banyak (maksimal tiga pertanyaan), agar pertanyaan menjadi fokus, tidak melebar kemana-mana.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan tentunya sangat ditentukan oleh masalah yang diajukan, dan intinya berisi tentang kontribusi hasil penelitian bagi kepentingan keilmuan atau kepentingan-kepentingan yang bersifat praktis.
5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bersi paparan riwayat penelitian yang pernah dilakukan, baik terkait dengan tema yang diangkat maupun dengan lokasi/kawasan yang akan diteliti. Paparan itu tidak hanya berisi tentang penemuan-penemuan penting dari peneliian yang sudah dilakukan, tapi juga mengenai pendekatan dan metode yang mereka gunakan. Karenanya, tinjauan pustaka juga berfungsi untuk menunjukkan orisinalitas penelitian, bahwa penelitian ini beda dengan penelitian yang sudah dilakukan, atau bisa juga bersifat melengkapi dan memperbaiki penelitian yang sudah dilakukan.
6. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian. Istilah “teori” di sini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka, yang bisa berupa teori yang ada, definisi konsep, atau malah dapat pula dari logika. Orang biasanya ragu menggunakan kata “teori”, karena dianggapnya hanya untuk penelitian yang bernalar deduktif. Padahal tidak demikian. Sekali lagi, kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian tetap diperlukan dalam penelitian bernalar induktif. Jika konsep yang dijadikan sumber menyusun kerangka tersebut, maka sub judul ini bisa diganti menjadi “kerangka konseptual”. Jika logika yang digunakan, maka sub judul ini menjadi “kerangka pemikiran”.
7. Hipotesis (Bila Diperlukan)
Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari kerangka teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang diteliti. Karena diangkat dari landasan teori, maka hipotesis merupakan “kesimpulan teoritik” (hasil perenungan teoritis) yang perlu diuji dengan kenyataan empirik. Hipotesis masih perlu diuji kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat dapat diuji atau dapat dikonformasikan. Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998: 70), penulisan hipotesis perlu mengikuti persayaratan sebagai berikut:
- Dirumuskan secara singkat tapi jelas;
- Dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih;
- Didukung oleh teori -teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait (tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka).
8. Metode Penelitian
Pengertian metode, pendekatan, dan penalaran dalam skripsi kita sering bercampur aduk dan salah pakai. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah konkrit dari penelitian: alasan pemilihan lokasi, dengan cara apat data dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Metode yang dipakai sangat ditentukan oleh masalah yang diajukan. Pendekatan adalah alat atau cara pandang yang digunakan untuk “mendekati” masalah.Penalaran adalah cara atau alur berfikir (induktif, deduktif).
9. Daftar Pustaka dan Lampiran
Daftar Pustaka memuat informasi referensi (buku, Koran, majalah, dll) yang diacu dalam proposal penelitian. Dalam daftar pustaka, biasanya, buku dan majalah tidak dipisahkan dalam daftar sendiri-sendiri. Untuk penulisan daftar pustaka terdapat banyak corak tata penulisan, ikutilah petunjuk yang berlaku dan terapkan corak tersebut secara konsisten.
Lampiran dapat diisi dengan materi yang “kurang penting” dalam arti “boleh dibaca atau tidak dibaca”. Biasanya lampiran memuat antara lain: kuesioner dan daftar sumber data yang akan dikunjungi atau diambil datanya. Sebaiknya jumlah halaman lampiran tidak terlalu banyak agar tidak terasa lebih penting dibanding dengan isi utamanya.