Wednesday, January 5, 2011

Sang Revolusioner Venezuela : Hugo Chavez


Hugo Rafael Chavez, dia adalah Presiden Venezuela saat ini. Sebagai pimpinan Revolusi Bolivar, Chavez mempromotori visi demokrasi sosialis, integrasi Amerika Latin, dan anti-imperialisme. Ia juga tajam mengkritik globalisasi neoliberal dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, sehingga dia dianggap sebagai salah satu musuh besar yang paling berbahaya bagi Amerika Serikat.
Ia adalah presiden sejak tahun 1998. Setelah terpilih sebagai presiden tahun 1998, ia berkali-kali mengalami guncangan pemerintahan, banyak pihak yang menginginkan dia untuk turun dari tampuk kekuasaanya, dia juga banyak menuai kritikan dari media-media elektronik yaitu TV, khususnya TV swasta, bahkan ada yang menyebutnya sebagai orang yang cacat mental maupun gila, dan hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap melakukan revolusi di Venezuela,  ia tetap mendapatkan mandat selama enam tahun masa jabatan tersebut guna melakukan reformasi politik di Venezuela.
Pada akhir tahun 2001, Presiden Hugo Chavez mengumumkan serangkaian tindakan yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi termasuk di antaranya mengundangkan Undang-undang Reformasi kepemilikan tanah yang menetapkan bagaimana pemerintah bisa mengambil alih lahan-lahan tidur, tanah milik swasta, serta mengundangkan Undang-undang Hidrokarbon yang menjanjikan royalti fleksibel bagi perusahaan-perusahaan yang mengiperasikan tambang minyak milik pemerintah.
Kebijakan ekonomi yang dinilai kontroversial terutama menyangkut Undang-undang Reformasi kepemilikan tanah, di antaranya memberi kekuasaan pada pemerintah untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan real estate yang luas dan tanah-tanah pertanian yang dianggap kurang produktif mengundang protes jutaan orang di ibukota Caracas.
Pada bulan April 2002, kelompok oposisi yang kontra terhadap pemerintahan Chavez melakukan unjuk rasa, unjuk rasa ini dipelopori oleh Carlos Ortega dan Pedro Carmona yang bertujuan untuk mendukung pemogokan dan protes minyak. Sementara pada waktu yang hampir bersamaan, ribuan pendukung Chavez berada di sekitar istana, mereka menunjukkan kesetiaanya pada presiden yang terpilih dengan demokratis tersebut.
Secara sepihak, pihak oposisi yang sedang melancarkan demo pemogokan terhadap presiden Chavez tersebut tiba-tiba merubah rute yang sudah ditentukan, mereka berputar ke arah istana sehingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya bentrokan antara kelompok oposisi dengan para pendukung Chavez.
Bentrokan pun terjadi diantara dua massa besar tersebut, yang dicoba lerai oleh pihak keamanan. Namun di tengah bentrokan, suara-suara tembakan terdengar. Jelas sekali di kemudian hari, dari hasil dokumentasi dan pengumpulan informasi, diketahui ada penembak gelap yang bersembunyi.
Pada saat tersebut, ada penduduk Venezuela yang memiliki pistol. Tidak terkecuali dengan mereka yang berada dalam demonstrasi besar tersebut. Tembakan-tembakan yang brutal  dari penembak gelap pun diarahkan ke arah dua kelompok yang sedang bentrok, baik ke arah pendukung Chavez maupun pihak oposisi yang tidak tahu apa-apa. Namun dalam tayangan yang ditampilkan oleh televisi swasta yang sebagian besar dimiliki oleh pihak yang beroposisi pada Chavez, dikesankan seakan penembakan dilakukan oleh pendukung Chavez dengan brutal pada pihak demonstran oposisi.
Kejadian itu menelan korban 10 orang tewas dan lainnya cedera. Bahkan aksi-aksi tersebut dibesar-besarkan oleh pihak media yang anti dengan Chavez sebagai kesalahan dan tanggung-jawab Chavez. Meskipun pada kenyataannya mereka menyembunyikan fakta bahwa baik pendukung Chavez maupun oposisi, pada saat tersebut sama-sama menjadi sasaran penembak gelap. Pada saat itu, para perwira militer pembangkang mengharapkan Chavez mengundurkan diri.
Jumat pagi waktu setempat, tepatnya pada tanggal 12 April 2002 setelah dilakukanya kudeta terhadap Presiden Hugo Chavez, akhirnya dia mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, pihak militer dan para pejabat pemerintan anti-Chavez yang berhasil mengkudeta Chavez mengangkat Pedro Carmona sebagai presiden sementara. Saat pelantikan sebagai presiden sementara, Carmona mengumumkan segera melakukan pemilihan presiden dalam setahun.
Atas inisiatif sebagian perwira militer dan para pendukung pemerintahan presiden Chavez, pada tanggal 14 April 2002, yaitu sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona, para pendukung Chavez kembali melakukan kudeta terhadap presiden sementara Pedro Carmona yang baru menjabat satu hari, dan kudeta tersebut berhasil dilaksanakan dan akhirnya tampuk pemerintahan kembali ke tangan Hugo Chavez, namun pada saat itu Chavez belum bisa memimpin langsung pemerintahan karena keberadaannya tidak diketahui.
Hugo Chavez sempat ditahan di sebuah pulau terpencil oleh para pejabat senior militer, namun atas usaha para pejabat pendukung pemerintahan presiden Chavez dan juga atas bantuan informasi salah satu perwira pendukung Chavez, maka akhirnya Chavez bisa ditemukan dan langsung diterbangkan kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter. Sesampainya di Caracas, Chavez langsung disambut dengan sukacita serta dielu-elukan oleh ribuan pendukungnya. Dengan mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan bahwa para menteri di bawah pemerintahan sementara ditahan dan sejumlah petinggi militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona.
Berhasilnya Chavez kembali ke tampuk pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden.
Dan bagi sebagian aktivis sosial dan politik di Indonesia, Chavez menjadi inspirasi karena keberhasilannya menasionalisasi kekayaan minyak negaranya untuk misi-misi kesejahteraan rakyat dan keberhasilannya mendorong partisipasi rakyat dalam menentukan kebijakan publik. Keberhasilan ini juga ditunjukkan dengan besarnya dukungan rakyat terhadap Chavez setidaknya ketika terjadi kudeta kepada dirinya. Tanpa dukungan media televisi swasta dan sementara itu satu-satunya televisi pemerintah yaitu chanel 8 pun disabotase penyiarannya,  Chavez dapat bertahan dari usaha kudeta yang dipimpin partai politik sayap kanan, asosiasi bisnis, beberapa perwira tinggi militer dan  didukung Amerika Serikat pada tanggal 11 April 2002. Lingkaran Bolivariannya yang  kebanyakan rakyat miskin kota sebagai basis utama pendukungnya dalam waktu 48 jam dapat bergerak ke istana dan menggagalkan kudeta. Dengan dukungan kekuatan rakyat inilah, Chavez memberanikan diri untuk mendeklarasikan Sosialisme Abad 21, yang bercirikan humanisme, demokratik, dan solidaritas.

Ket : Tugas mata kuliah Pemikiran & Ideologi Politik, Dr. Zuly Qodir

No comments:

Post a Comment