Antara Scorpion, UZI dan Senjata Rakitan
Polisi mendadak kembali membongkar kasus terorisme. Lagi-lagi ada tersangka yang disebut-sebut terkait kasus perampokan Bank CIMB Niaga, Medan 2010. Tapi mengapa data yang ditampilkan berbeda-beda. Apa yang sebenarnya terjadi?
Saya sedang bersiap berangkat ke kantor, ketika Blackberry saya bergetar dan berdering kencang, pukul 10.14, Jumat pagi (15/3/2013). Saya lihat di layar, ada pesan dari Andi Lalan, seorang kontributor ANTV di Jakarta. Ternyata Andi baru saja mengabarkan sebuah peristiwa yang baru saja terjadi. Dari gaya bahasanya, tampaknya sang kontri-boy –begitu kami di kantor biasa menyebut teman-teman video journalist lepas di Jakarta dan berbagai daerah— sekadar meneruskan informasi dari seorang perwira polisi di lapangan.
Berikut informasinya:
Ijin komandan telah dilakukan penangkapan terhadap tersangka pelaku kasus 365 KUHP Pada jam 06.00 WIBTkp.Jln bu Sidin Rt.02 Rw.03 kelurahan mustika sari Kec. MustikajayaBB.
- 1. 5 pucuk jenis scorpion
- 2. 34 butir peluru.
- 3. Sejumlah 2,5 kg emas
- 4. Rakitan bom 12 namun baru kelihatan 3 bom, dan sdang disisir dengan gegana
Pelaku.
- 1. Arman (dari TKP)
- 2. Makmur alias bram
Kronologis Kejadian.Pada hari minggu jam 10.00 wib pelaku 7 orang tkp tambora jakarta barat melakukan pencurian dengan kekerasan. Ke 7 Pelaku sudah tertangkap semuanya dan satu diantaranyatertangkap di tkp atas nama Pelaku Amran dan tempatnya ditemukan semua BB tersebut diatas.Dilokasi ada pak Dirkrimum, Kasat Resmob dan petugas dari Densus 88, Kabag ops pak victor dan kanit reskrim sek bt gebang.Foto terlampirMati 1
Begitu membaca pesan Blackberry dari kontri-boy tadi, saya langsung teringat pada peristiwa perampokan toko emas Terus Jaya, di jalan Pangeran Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat, pada Minggu pagi, 10 Maret 2013 lalu. Berita tentang perampokan itu dilaporkan hari Minggu lalu oleh Ong Suherman, kontri-boy Jakarta yang lain. "Wah, jadi mengarah ke teroris nih?" tanya saya ke Andi Lalan.
Perampokan toko emas Terus Jaya, Tambora, pagi itu berlangsung sangat cepat. Sekitar pukul 10 pagi, ketika toko emas itu akan dibuka, tiba-tiba empat orang berkedaraan motor, dan masih memakai helm, merangsek masuk ke toko. "Jumlahnya empat orang, yang bawa pistol dua," kata Paul, anak Ali, sang pemilik toko kepada Ong. Seorang perampok berjaga di luar, sementara tiga perampok lainnya langsung masuk ke toko. Setelah melumpuhkan Ali, mereka masuk kemudian kembali melalui pintu besi yang semula sudah dibuka Ali.
Begitu menutup pintu, ketiga perampok langsung melompati etalase perhiasan. Dengan cepat, kawanan perampok itu menguras seluruh perhiasan emas di etalase pajangan. Total perhiasan yang dirampok seberat 1,5 kilogram senilai Rp 500 juta. Sementara itu, salah seorang keluarga pemilik toko terluka di kepala, akibat digetok gagang senjata api oleh para pelaku, saat mencoba mencari bantuan tetangga. "Itu adiknya papa saya," kata Paul.
Aksi kawanan perampok pagi itu tampak sangat nekat. Sebab, toko emas yang dirampok itu berada persisi di seberang Polsek Tambora. Sementara itu, tak lama setelah kasus perampokan terjadi, Kapolres Jakarta Kombes Sunata langsung meninjau lokasi, lengkap dengan tim identifikasi. "Mohon doa teman-teman, semoga kasus ini segera terungkap," kata Sunata sambil tersenyum pasti, saat itu.
Kabareskrim Turun Tangan
Karena lokasi peristiwa Jumat pagi (15/3/2013) itu berada di Bekasi, saya langsung mengecek kontri-boy Bekasi Moh "Acan" Akhsanuddin. Ternyata Acan telah berada di lokasi penangkapan perampok. Saya pun berpesan kepadanya untuk mencermati semua temuan, kesaksian dan keterangan polisi. "Ok…," balasnya lewat SMS. Pukul 14.00, berita dari Bekasi pun terkirim, lengkap dengan gambar dan naskahnya.
Acan melaporkan bahwa pada awalnya, para wartawan yang datang ke lokasi masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maklumlah, rata-rata wartawan sampai di lokasi sudah sekitar pukul 10.00. Sampai di lokasi, jalanan sudah dipasang police line, sementara para petugas pelit bicara. Namun akhirnya, Wakapolres Bekasi AKBP Hero yang berada di lokasi pun mau berbagi info. "Ini ada informasi, tapi saya nggak tahu dari siapa…," ujarnya polos.
Maka dikirimkanlah informasi itu via SMS dan Blackberry Messenger kepada para wartawan, sehingga mereka pun mulai menyusun berita. Berdasarkan informasi itu, tersebutlah berita bahwa pada Jumat pagi (15/3/2013) tadi, aparat Polda Metro Jaya berhasil mengamankan Arman dan Makmur alias Bram di sebuah rumah di jalan Bu Sidin, RT 02/RW 03, Kelurahan Mustika Sari, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Dua orang itu diduga sebagai pelaku perampokan toko emas Terus Jaya, di Tambora, Jakarta Barat, Minggu lalu.
Selain menangkap dua tersangka, dari rumah itu polisi berhasil mengamankan 12 bom rakitan, lima unit senjata api jenis Scorpion, 34 butir peluru, serta emas seberat 2,5 kilogram. Belakangan, saya menanyakan kepada Acan tentang informasi yang didapat dari Wakil Kepala Polres Bekasi itu. Ternyata informasi itu sama persis seperti yang didapat Andi, dan kemudian dikirimkan pada pukul 10.14 pagi tadi kepada saya.
Menurut warga sekitar, ada dua orang tersangka yang ditangkap dari rumah kontrakan berbentuk bedeng berbahan seng itu sekitar pukul 5.00 pagi. "Tidak ada perlawanan," kata Eko, warga setempat. Eko yang mengaku tidak curiga dengan kedua tersangka yang ditangkap itu, karena selama ini cukup komunikatif. Bangunan itu adalah tempat pembuatan mebel dan kitchen set. "Keduanya bekerja sebagai tukang bangunan serta tukang cat furniture," ujarnya pula.
Usai Shalat Jumat, Kepala Badan Reserse Kriminil Mabes Polri Komjen Pol Sutarman ternyata sudah tiba di lokasi. Tak lama kemudian, barang bukti operasi penangkapan berupa lima senjata api otomatis dan perhiasan pun digelar di dekat rumah yang digerebeg. Dengan pose yang sangat meyakinkan, Sutarman lalu mengambil posisi di depan barang bukti operasi dan kemudian mulai diwawancarai wartawan. Barang bukti penggerebegan dan beberapa orang perwira polisi menjadi background wawancara Sang Kepala Bareskrim.
Dalam keterangan pers di dekat lokasi penangkapan, Sutarman memastikan bahwa para tersangka yang ditangkap pada Jumat pagi di Bekasi itu, terkait dengan kasus perampokan 1,5 kilogram emas, di toko emas di Tambora. "Kemudian kita sudah menemukan di sini ada beberapa senjata yang digunakan, dan kita ketemukan ada 12 bom yang sekarang ini sudah siap di sini," ujarnya.
Polisi, kata Sutarman, tidak melihat kasus ini dari aspek perampokan saja, tapi juga keterkaitannya dengan pelaku-pelaku terorisme. Karena polisi berhasil memutus dana teroris yang mengalir ke Indonesia melalui kelompok-kelompok tertentu dari luar negeri, maka para teroris kini mencari dana dengan merampok. "Cara fa'i seperti ini untuk operasional para pelaku terorisme," ujarnya.
Sutarman pun memastikan bahwa para tersangka yang ditangkap adalah anggota jaringan teroris. Sebab, kata perwira tinggi bintang tiga polisi itu, Makmur, salah satu tersangka yang ditangkap di lokasi, adalah salah satu pelaku perampokan di Bank CIMB Niaga, Medan, pada 18 Agustus 2010 lalu. "Ini seluruhnya akan ada linknya semuanya," kata Sutarman.
Sistem komunikasi para tersangka teroris, kini memakai sistem tradisional, sehingga polisi pun harus mengikuti mereka dengan cara tradisional. "Tradisional itu dengan cara kurir, tidak menggunakan komunikasi modern. Sehingga kita harus menggunakan undercover mengikuti mereka dengan cara-cara seperti itu, sehingga kita tetap bisa menemukan posisinya," ujar Sutarman.
Secara spesifik, Sutarman lalu meminta seluruh masyarakat tidak sembarangan mendiskreditkan polisi dari aspek penegakan hukum yang mereka lakukan. "Kalau memang ada kekeliruan dalam penegakan hukum, kita betulkan kekeliruan itu, tapi jangan terus menyerang kepada kita… Densus dibubarkan dan sebagainya, ini anggapan yang keliru…," ujarnya.
Menurut Sutarman, para teroris kini tak hanya menyerang target-target personil maupun tempat. Ia menuding, kelompok teroris telah menyusun langkah-langkah sosial politik, dengan menekan, mempressure seolah-olah terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan polisi. "Dalam posisi polisi diserang dari berbagai aspek, mereka akan leluasa mengumpulkan dana untuk menyerang lagi dengan teroris," kata Kabareskrim.
Tampak jelas, betapa Sutarman tengah membela korps baju coklat. Maklumlah, akhir bulan lalu beberapa tokoh Islam dipimpin Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin bertemu Kapolri Jenderal Timur Pradopo sambil membawa video penyiksaaan oleh aparat Detasemen Khusus 88. "Kami sepakat Densus 88 harus dievaluasi, bila perlu dibubarkan. Diganti lembaga dengan pendekatan baru bersama-sama untuk memberantas terorisme," ujar Din di Mabes Polri, Kamis (28/2). Tapi menganggap Din berada dalam satu barisan dengan kelompok teroris adalah sebuah tudingan berlebihan.
Satu Peristiwa Berbagai Data
Hampir bersamaan dengan konferensi pers Komjen Sutarman di Bekasi, di Mabes Polri para wartawan juga menanyakan peristiwa penyergapan di Bekasi kepada Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar. Tak seperti biasanya, sejek sebelum Salat Jumat, para wartawan yang biasa mangkal di Mabes Polri diminta mengumpulkan daftar pertanyaan dulu kepada staf humas Mabes Polri. "Soalnya saya hanya punya waktu sedikit," kata Boy.
Usai Jumatan, Boy menjelaskan bahwa sejak Jumat dini hari, jajaran Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menggelar serangkaian penangkapan terhadap 7 perampok toko emas Terus Jaya, Tambora, Jakarta Barat, pada Minggu 10 Maret lalu. Ketujuh pelaku yang menggondol emas seberat 1,5 kilogram itu ditangkap di dua tempat yang berbeda.
Menurut Boy, Makmur dan Hendra ditangkap di Teluk Gong, Jakarta Utara, sementara Arman, Siswanto, Togog, Kiting dan Kodrat, ditangkap di Kampung Mustika RT 02 / RW 03, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi. "Dari lokasi terakhir, selain menemukan barang sisa perampokan sebesar 1 kg emas, polisi juga menemukan 14 bom pipa rakitan, serta 5 pucuk senjata api jenis UZI," ujarnya.
Wartawan sempat bertanya untuk memastikan tentang senjata yang ditemukan di lokasi, apakah itu UZI atau Scorpion sebagaimana info awal yang sudah didapat wartawan. "Itu sama saja," kata Boy pula. Padahal, meski sama-sama senapan semi otomatis kecil dengan bentuk yang sekilas mirip, Scorpion dan UZI adalah dua jenis yang berbeda caliber maupun bentuk sandaran bahunya (shoulder stock).
Tentang penemuan 14 bom pipa rakitan, menurut Boy, polisi masih menelusuri dugaan keterlibatan kelompok perampok toko emas tambora dengan jaringan terorisme. Namun, Boy membenarkan bahwa salah satu pelaku bernama Makmur diduga terlibat dalam aksi perampokan bank CIMB Niaga Medan Sumatera Utara pada 18 Agustus 2010. "Meski perampokan bank CIMB Niaga Medan terkait dengan jaringan teroris kelompok Aceh, polisi belum bisa memastikan, apakah perampokan toko emas Terus Jaya di Tambora, Jakarta Barat 10 Maret lalu, juga terkait kelompok yang sama," ujar Boy.
Ternyata, sepulang dari Bekasi, Sutarman kembali menjelaskan kepada pers tentang penangkapan tersangka teroris di Bekasi di gedung Direktorat IV Narkoba Mabes Cawang, Jakarta Timur, Jumat siang (15/3/2013). Dalam konferensi per situ, Sutarman mengatakan bahwa polisi telah membekuk 7 pelaku perampokan 1,5 kilogram emas milik toko 'Terus Jaya' Tambora, Jakarta Barat. Dari penyelidikan diketahui kawanan perampok ini terkait jaringan teroris. Satu orang terduga teroris masih diburu. "Saat ini, 1 masih DPO," ujarnya.
Menurut Sutarman, penyergapan bermula dari keterangan sejumlah saksi. Dari keterangan itu diketahui para pelaku perampokan bersembunyi di sejumlah tempat. "Kami menemukan pelakunya bersembunyi di Bintaro, Teluk Gong, dan Bekasi," ujarnya. Polisi kemudian menembak mati dua tersangka di Jalan Bu Sidin, RT 02 RW 03, Mustika Sari, Mustikajaya, Bekasi, Jawa Barat. Masing-masing berinisial A dan H alias P.
Sementara itu, tersangka berinisial M tewas ditembak di Jalan C gang LiLis Telukgong, Jakarta Utara. Sementara, 4 orang yang masing-masing berinisial H, S, T dan K ditangkap dalam kondisi hidup. Menurut Sutarman, polisi terpaksa menembak mati 3 tersangka dalam penangkapan itu karena dianggap berbahaya. "Membahayakan jiwa petugas karena membawa senjata. Kalau tidak dilakukan penembakan itu, dia yang akan menembak kami. Jadi ini pembelaan yang seimbang," ujarnya.
Seperti yang sudah dijelaskannya di Bekasi, Sutarman dengan yakin mengatakan bahwa salah satu pelaku perampokan emas di Tambora terkait dengan jaringan terorisme. "Tersangka M diduga kuat terlibat dalam perampokan CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara, pada Agustus 2010," ujarnya. Menurut evaluasi keseluruhan, kata Sutarman, mereka mencari dana dengan cara seperti ini, membiayai aksi terorisme yang sel-selnya masih hidup.
Seolah tak ingin ketinggalan kereta, pada Jum'at sore sekitar pukul 16.00, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Putut Eko Bayuseno pun langsung menggelar konferensi pers. Tapi, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya ini, tidak hanya kasus penyergapan di Bekasi saja yang dibahas. Kapolda juga menjelaskan berbagai kesuksesan anak buahnya dalam mengungkap kasus perkosaan masal terhadap seorang siswi sekolah menengah kejuruan di Jakarta Timur, dan kasus pembunuhan dan mutilasi di Jakarta Utara. Namun, karena kasus penangkapan teroris di Bekasi adalah peristiwa terbaru, maka tetap saja kasus itu menjadi bahasan utama dalam konferensi pers Jum'at sore itu.
Dalam penjelasannya, Kapolda menyatakan bahwa tim gabungan Polda Metro Jaya bersama dengan Detesemen 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap tujuh orang pelaku perampokan toko emas di Tambora, Jakarta Barat. Menurut Kapolda, tiga dari tujuh pelaku ditembak mati karena melawan petugas saat akan ditangkap. Total pelaku perampokan toko emas ini, menurut Putut, berjumlah delapan orang. "Kami masih mengejar 1 orang lagi, 3 tewas sedangkan 4 lainnya sekarang masih dilakukan pendalaman, dan yang bersangkutan masih dibawa ke lapangan untuk pengembangan," ujarnya.
Ketujuh pelaku, menurut Putut, ditangkap di tiga tempat yang berbeda, di antaranya di jalan C gang Lilis, Teluk Gong, Jakarta Utara. Kemudian di Pekayon, Bekasi dan di Pondok Aren, Bintaro. Selain Makmur, ada tersangka lain yakni TH dan A yang ditangkap pukul 05.30 WIB di gudang furniture di Kampung Mustika RT 02/RW 03, Kelurahan Mustika Sari, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi.
Awalnya Putut mengaku belum bisa memastikan, dari jaringan teroris mana para perampok itu berasal. Polda Metro Jaya masih berkoordinasi dengan Mabes Polri untuk mengetahui hal itu. Namun, belakangan ia mengatakan bahwa pelaku di antaranya bernama Makmur alias Bram. "Dia ini juga pelaku perampokan Bank CIMB Medan dan salah satu tersangka kasus bom Beji Depok yang kabur saat itu," ujarnya. Menurut Putut, Makmur melawan petugas sehingga ditembak mati. Begitu pula tersangka lainnya, yakni S, T alias A, dan Kodrat alias P. Mereka juga ditebak mati petugas.
Adapun barang bukti yang disita dari lokasi penangkapan adalah 5 senjata api rakitan jenis UZI, 14 bom pipa, 34 peluru call 9 MM, 2 unit sepeda motor, emas 1 kilogram hasil rampokan dan 7 buah kunci motor. Sementara itu, tentang penemuan dan tujuan 14 bom pipa masih didalami aparat. "Tujuannya akan koordinasi dengan Mabes Polri, mau dikemanakan dan targetnya siapa. Kita sudah disposal satu bom yang ditemukan, sementara sisanya kita bawa ke labfor," kata Putut.
Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Bagi sebagian wartawan, apalagi masyarakat awam, serangkaian keterangan pers yang disampaikan para petinggi Polisi seolah identik. Kalaupun beda-beda dikit, bolehlah dimaafkan. "Mungkin yang awal-awal belum dapat data lengkapnya, Pak," kata seorang Kontributor kami. Padahal, bagi aparat hukum, data dan fakta sesungguhnya adalah kunci pengungkapan kasus. Siapapun dia, berpangkat apapun dia, tidak boleh bermain-main untuk soal-soal ini. Sebab, sekali salah, pengungkapan kasus bisa tak tuntas, lolos dari jerat hukum, dan bahkan rawan rekayasa.
Apalagi jika dicermati fakta bahwa ada beberapa perbedaan soal siapa yang ditangkap dan kemudian ditembak di lokasi kejadian. Jika saksi mata di Kelurahan Mustika Sari mengatakan bahwa para tersangka ditangkap tanpa perlawanan, mengapa kemudian mereka dikabarkan mati karena melawan petugas. Perbedaan inisial pun membingungkan, sementara siapa yang sebenarnya tewas masih belum jelas, karena di RS Polri Said Sukanto, wartawan tidak boleh masuk.
Belakangan seorang reporter kami yang cukup dekat dengan beberapa perwira lapangan mendapatkan informasi bahwa para tersangka sesungguhnya tidak ditembak di TKP. Namun, mereka ditembak di sebuah tempat di Jakarta Timur. "Tempatnya selalu di situ..," ujarnya menirukan informan kami itu.
Sementara itu, saya pun ingat bahwa salah seorang reporter kami juga mengaku, bahwa bulan lalu seorang perwira menengah di Mabes Polri telah memberikan informasi kepadanya, bahwa akan ada peristiwa di Jakarta. Maka saya minta dia mengecek kepada perwira menengah itu, lagi. "Apakah yang Abang maksud waktu itu peristiwa penggerebegan ini?" tanya reporter kami itu. "Iya, ya ini…," ujarnya dengan pasti.
Soal keterkaitan tersangka dengan kasus terorisme yang lain pun tidak sinkron. Soal keterlibatan Makmur salah satu tersangka perampokan toko emas di Tambora yang ditembak mati dalam kasus CIMB Niaga Medan pada 16 Agustus 2010 lalu cukup membuat kita bertanya-tanya tentang berapa sesungguhnya tersangka kasus perampokan Bank CIMB. Sebab, pada saat peristiwa terjadi diketahui ada 12 perampok bank CIMB Niaga. Saat itu, lima orang menguras brankas, sementara tujuh lainnya berjaga di luar. Kemudian, peristiwa itu berlanjut dengan penyerbuan Polsek Hamparan Perak. Belakangan, kasus ini digabungkan juga dengan kasus terorisme di Aceh. Pelaku kemudian dijumlahkan dan total menjadi 21 orang.
Pada 27 September 2010, polisi merilis 9 tersangka penyerbu Polsek Hamparan Perak ditangkap 3 orang tewas, dan 13 orang ditangkap dan disidangkan. Lima lainnya dilepaskan karena tidak terbukti. Padahal, di lapangan contributor kami Sadath Ardiansyah melaporkan bahwa dalam pengejaran kawanan itu di kawasan Serdang Bedagai, 8 orang ditembak mati petugas, 3 orang tertangkap hidup-hidup dan satu masih terus diburu. Jika digabungkan maka paling tidak yang sudah tertangkap dan terbunuh sudah pas.
Yang menarik, dalam berbagai kesempatan, Kapolda Sumetera Utara saat itu Irjen Pol Oegroseno selalu menegaskan bahwa kelompok yang disergap anakbuahnya adalah kelompok perampok. Bahkan, ketika dicegat wartawan, di hadapan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Gorries Mere yang tetap memimpin tim Densus 88. Oegro mengatakan bahwa kasus ini adalah kasus perampokan biasa. "Para tersangka bukan anggota kelompok teroris," ujarnya di Rumah Sakit Bhayangkara, Medan ketika itu.
Belakangan, pada 18 Maret 2012, lima orang yang disebut-sebut sebagai tersangka teroris perampok Bank CIMB Niaga Medan tewas tertembak di dua tempat di Bali. Di kawasan Gunung Sapotan, HN (32) asal Bandung dan AG (30) tinggal Jimbaran ditembak mati, sementara di kawasan jalan Danau Poso UH alias K (31) asal Jepara, D (27) asal Bandung, M alias AH (30) asal Makassar juga ditembak mati. Jika kelima orang itu ditambahkan saja jumlahnya sudah berlebih, apalagi ditambah satu orang lagi yang ditembak dalam kasus terakhir.
Mengaitkan kasus Bekasi dengan kasus Beji juga menarik untuk dicermati. Sebab, dalam wawancara dengan Trans TV, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbay sempat keceplosan dengan mengatakan bahwa korban yang tewas dalam ledakan di Beji adalah intel yang disusupkan BNPT. "Itu anggota kita," ujarnya. Sementara dua orang yang lolos pun diberitakan luka cukup parah, dan justru datang bersama lelaki malang yang tewas itu.
Dari efek ledakannya, bom yang meledak di Beji pun tampak berdaya ledak tinggi. Diduga bom itu memakai bahan high eksplosif dengan nama Nitroglyceryn cair. Sementara itu, 12 atau 14 bom di Bekasi hanyalah bom pipa dengan daya ledak rendah. Hal itu terbukti ketika satu diantara bom itu diledakkan oleh tim gegana. "Suaranya tidak terlalu keras," kata para saksi mata.
Soal perlombaan konferensi pers pun sangat menarik untuk diamati. Info pertama tentang penggerebegan, mungkin adalah laporan seorang perwira lapangan, tapi mengapa harus dibocorkan kepada wartawan? Jangan-jangan ini semacam rilis yang dibuat seolah-olah laporan kepada atasan. Kehadiran Kabareskrim langsung ke lokasi penggerebegan di Bekasi sangat menarik untuk dicermati. Selain karena tampak sangat tanggap, secara spesifik Sutarman pun menyudutkan Din Samsudin yang tengah mempelopori kampanye pembubaran Densus 88.
Langkah Sutarman, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar, serta Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno yang sama-sama menggelar konferensi pers untuk kasus yang sama ini pun cukup menarik diamati. Pertama, mereka tampak tidak berkoordinasi rapi sehingga berbagai data tidak sinkron. Kedua, mereka –terutama Sutarman dengan Putut Eko Bayuseno-- tampak seperti saling bersaing, dahulu mendahului.
Beberapa sumber kami menduga, semua ketidaksinkronan ini adalah gara-gara rumor perebutan calon pengganti Kapolri Jenderal Timur Pradopo nanti. Maklumlah, baik Sutarman maupun Putut sama-sama disebut sebagai calon kuat Kapolri. Sementara Boy Rafly yang dikenal dekat dengan Kapolri, bertindak sebagai suara resmi Mabes Polri. "Ini rebutan kasus, karena kasus ini dianggap mendapat perhatian publik," ujarnya. Tapi, betapa malangnya nasib penegakan hukum, jika untuk meraih kursi, maka fakta, data dan tindakan hukum menjadi tidak sinkron, dan tak jelas juntrungannya.
Hanibal Wijayanta
Berbagai keterangan yang berbeda:
TKP Tambora keterangan saksi dan Kapolres Jakarta Barat Kombes Sunata
- Jumlah Perampok 4 orang
- Senjata Dua pistol
- jumlah emas yang dirampok 1,5 kg
Info Awal TKP Jln Bu Sidin Rt.02/Rw.03 Kel. Mustika Sari Kec. Mustikajaya, Bekasi
- Jumlah yang ditangkap 7 org, 1 org ditangkap di TKP kel. Mustika Sari. sekali ditulis Arman, sekali ditulis Amran).satu lagi yang ditangkap adalah Makmur alias Bram
- 5 pucuk senjata api jenis scorpion,
- 34 butir peluru,
- ditemukan 12 rakitan bom, namun baru kelihatan 3, dan sedang disisir gegana
- jumlah emas yang dirampok 2,5 kg
Sutarman I di TKP Jln Bu Sidin Rt.02/ Rw.03 Kel. Mustika Sari Kec. Mustikajaya, Bekasi
- Tidak spesifik menjelaskan jumlah yang ditangkap
- Hanya mengatakan beberapa senjata ditemukan (visual 5 senjata api)
- ditemukan 12 bom yang siap
- Tidak menyebutkan secara spesifik jumlah barang bukti emas yang berhasil disita, hanya menunjukkan barang bukti
- Makmur Pelaku Perampokan CIMB Niaga, Medan
Boy Rafly di Mabes Polri
- 7 org ditangkap di 2 tempat berbeda.Makmur dan Hendra ditangkap di Teluk Gong, Jakarta Utara. Arman, Siswanto, Togog, Kiting dan Kodrat ditangkap di Kel. Mustika Sari.
- didapatkan 5 pucuk senjata api jenis UZI.
- 14 bom pipa rakitan
- dari lokasi ditemukan sisa perampokan sebesar 1 kg emas
- Makmur diduga terlibat perampokan Bank CIMB Niaga, Medan, 18 agustus 2010
Sutarman II di Dir IV Narkoba Mabes Polri, Cawang
- tersangka 7 orang, 1 orang masih diburu. 2 tersangka di Kel. Mustika Sari, masing-masing A dan H alias P ditembak mati. M ditembak mati di Jalan C gang Lilis Telukgong, Jakarta Utara. 4 orang berinisial H, S, T dan K ditangkap hidup-hidup.
- Tidak spesifik menyebut jenis senjata
- 1 bom diledakkan, 13 bom dibawa ke puslabfor untuk diselidiki
- Tidak spesifik menyebutkan jumlah barang bukti emas
- Tersangka M diduga kuat terlibat perampokan Bank CIMB Niaga di Medan Sumatera Utara pada Agustus 2010.
Putut Eko Bayusena
- Total perampok 8 orang. 1 masih dikejar, 3 tewas, 4 masih hidup. Ketujuh pelaku, ditangkap di tiga tempat yang berbeda. Pertama di jalan C gang Lilis, Teluk Gong, Jakarta Utara. Kedua di Pekayon, Bekasi. Ketiga di Pondok Aren, Bintaro. Selain Makmur, T, H dan A ditangkap di Mustika Sari. Makmur melawan petugas sehingga ditembak mati. Begitu pula S, T alias A, dan Kodrat alias P. (yang tewas jadi 4?)
- disita 5 pucuk senjata rakitan jenis UZI, 34 peluru caliber .9 mm, Dua sepeda motor
- ditemukan 14 bom pipa
- Jumlah emas barang bukti 1 kg
- Makmur alias Bram pelaku perampokan Bank CIMB Medan dan salah satu tersangka kasus bom Beji Depok yang kabur saat itu.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment