Kongkalikong Sindikat Kingkong Gerogoti Telkom
Islam Times- Modus lainnya adalah dengan melakukan pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan tertentu saja. Kabarnya PT Telesindo dan PT Akar Daya yang digadang-gadang sebagai perusahaan penjual pulsa Telkomsel.
Dua tahun menjelang suksesi, partai politik bersiap mengisi lumbung-lumbung kas partai. Proyek-proyek di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi incaran.
Delapan orang petinggi PT Telkom Tbk, berkumpul di perumahan elit Golf Mansion Nomor 26, Jakarta Selatan. Ditemani salah seorang bendahara Partai Berlambang Matahari Terbit, pria berambut putih menerima tamunya. Di rumah pribadi yang dipagari tembok putih setinggi dua meter dan gerbang besi bercat coklat ini, siasat mulai dirancang.
Di sinilah Arief Yahya Direktur Utama Telkom bersama direksi yang terpilih lain menggelar pertemuan beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Telkom, 11 Mei 2012 lalu. Salah seorang sumber di dalam Telkom menyebutkan bahwa pertemuan ini bukan sekali saja tapi sudah berlangsung sejak tiga bulan sebelumnya. Beberapa tempat yang sering digunakan selain rumah tersebut adalah lapangan Golf Rawamangun, Jakarta Timur. Munculnya pertemuan tersebut menimbulkan dugaan bahwa pergantian Direksi Telkom yang dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, Mei lalu, sarat dengan intervensi politik. Saat RUPS berlangsung masa jabatan Dirut Telkom sebelumnya yakni Rinaldi Firmansyah baru saja diperpanjang lima tahun kedepan sejak RUPS-SLB semester I/2011. Namun saat RUPS, justru Dahlan memilih Arif Yahya sebagai pucuk pimpinan Telkom menggantikan Rinaldi Firmansyah.
Arif adalah Direktur Enterprise and Wholesale, yang diangkat pada 2005. Lulusan teknik elektro Institute Teknologi Bandung ini bergabung di Telkom sejak lulus kuliah pada 1986. Rumor yang beredar, pergantian ini sebagai langkah partai untuk menyiapkan dana Pemilihan Presiden 2014 mendatang. Telkom menjadi rebutan lumbung partai karena membukukan keuntungan besar bagi negara, nomer dua setelah BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas.
Dalam siaran persnya, medio tahun ini kinerja keuangan dan operasi Telkom sepanjang semester I-2012 terus membaik. Pendapatan Telkom tumbuh sebesar 6,8% atau Rp 36,7 trilliun. Kenaikan tersebut antara lain disumbang pertumbuhan pendapatan anak perusahaan bidang seluler sebesar 9,5% atau Rp 25,4 trilliun.
Riad Oscha Chalik, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Aptanel) menduga terpilihnya Arief Yahya dalam bursa pencalonan direktur saat itu atas desakan Menko Perekonomian Hatta Radjasa. Padahal Arief saat menjabat sebagai Direktur Enterprise and Wholesale tersandung dugaan kasus Gratifikasi Program Mobile Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). Bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat melayangkan surat teguran pada 09 Januari 2012. Namun, yang mengherankan, Dahlan Iskan tetap menunjuk Arief sebagai Dirut Telkom.
Dahlan mengakui mendengar kasus Arief tapi telah mengklarifikasinya. "Itu sudah clear. Tidak mungkinlah saya ngawur. Tidak memperhatikan begitu-begitu. Memang ada yang lain selain Arief," tegas mantan bos Grup Jawa Pos ini kepada sejumlah wartawan beberapa waktu lalu. Selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa proses pemilihan direksi BUMN sarat dengan kepentingan politik. Menurut Riad, salah satu modus partai mengeruk dana lewat proyek BUMN adalah dengan menempatkan orang kepercayaan. Nah untuk kasus Telkom, Hatta menempatkan Sakti Wahyu Trenggono, salah satu Bendahara Partai Amanat Nasional. "itu orang dekat Hatta," ujar Raid.
Trenggono juga dikenal sebagai pengusaha yang pertama kali bergerak di bidang penyewaan Base Transceiver Station (BTS) telepon seluler. Ia pemilik PT Solusindo Kreasi Pratama. Kedekatan Arief Yahya dan Trenggono terjalin melalui berbagai kerjasama proyek.
Proyek besar pertama perusahaan yang didirikan tahun 2002 ini datang dari Telkom(Flexi) di tahun yang sama. Saat itu Arief Yahya menjadi Kandatel Jakarta Barat. "Telkom Flexi banyak kasih proyek besar pada Trenggono, untuk penyewaan tower," ujar narasumber dari Garasi 49 (Gerakan Rakyat AntiKorupsi 49).
Dengan bantuan Trenggono inilah, Arief Yahya mendapat dukungan Hatta Radjasa. Sumber lain mengatakan mereka sering tampak mengayuh stik golf bersama di lapangan golf Rawamangun dan Bogor Raya. Bahkan, sejak tiga bulan sebelum RUPS, Arief sudah mendapat kepastian menjadi Dirut berkat lobby Trenggono pada Hatta. Hatta sampai berucap "sudah you diam saja, jangan bergerak. You susun kabinet, pasti jadi," kata narasumber Garasi 49 menirukan ucapan Hatta. Riad menduga dukungan ini jelas tidak gratis.
Sumber dari Garasi 49 menduga Arief Yahya menjanjikan sejumlah proyek Telkom kepada Trenggono. Untuk mewujudkan misinya, Arief banyak melakukan perombakan manajemen dengan orang-orang yang dahulu ada di bawah divisinya. Dia semakin leluasa manakala Dahlan Iskan memberikan kebebasan Arief untuk membentuk direksi di bawahnya.
Sebagai contoh, Telkomsel berencana menyewa BTS milik PT Tower Bersama Group (TBG). Di TBG ini Trenggono memiliki saham hampir 30% persen. Saham ini didapatkannya setelah ia menjual PT Solusindo Kreasi Pratama pada TBG dua tahun lalu. Awalnya Trenggono hanya mendapatkan 10% persen saham dan belakangan bertambah setelah berhasil mendapatkan proyek 10.000 BTS yang akan disewakan pada Telkomsel.
Menurut Riad, proyek BTS tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang ditargetkan mencapai 200 juta. Tower yang dibangun PT TBG ini berada di area terpencil atau Blank Spot. Perusahaan plat merah ini akan menyewa setiap tower PT TBG yang digunakan senilai Rp 17,5 juta perbulan. Tahap pertama yang sedang berjalan sekitar 1.900 tower, 1300 tower di antaranya diserahkan pada PT TBG dan sisanya 600 tower diserahkan pada PT Dayamitra Telekomunikasi.
Sebenarnya, proyek ini akan digarap seluruhnya oleh PT Dayamitra Telekomunikasi, anak perusahaan Telkom yang bergerak di bidang penyewaan BTS. Saat itu Rinaldi masih menjabat sebagai dirut Telkom.
Seiring pergantian direksi, pelaksanaan proyek ini kini dipegang oleh PT TBG dan PT Dayamitra. PT TBG tertarik menggarap proyek ini untuk mendulang uang dari bursa lewat initial public offering (IPO). "Kabarnya TBG pada tahap pertama bisa mendapat dana dari bursa senilai Rp 7 trilliun. Nah, yang Rp 1 trilliun buat Pak Rambut Putih untuk konsolidasi 2014," ujar Riad. Meski begitu, Hermas Setya Budi, Direktur Utama TBG mengaku tak mengetahui adanya proyek 10.000 BTS dari Telkomsel. "Kami tidak dapat memberikan informasi mengenai hal ini," ujarnya kepada Garasi 49.
Modus lainnya adalah dengan melakukan pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan tertentu saja. Kabarnya PT Telesindo dan PT Akar Daya yang digadang-gadang sebagai perusahaan penjual pulsa Telkomsel. Bahkan ada dugaan pemutusan kontrak kerjasama Telkomsel dengan PT Prima Jaya Informatika merupakan upaya mengalihkan jatah pulsa PT Prima. Namun PT Prima melawan hingga berujung putusan pailit PT Telkomsel dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Riad menuding pemusatan penjualan pulsa ini untuk mempermudah mengambil setoran ke partai. Bila terlalu banyak perusahaan yang bermain dalam penjualan pulsa tentu akan merepotkan pengumpulan upeti. Tapi tentu saja pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan membuat perusahaan pulsa di daerah banyak yang gulung tikar. "Anggota saya di Indonesia Timur omzetnya turun drastis dari Rp 8 Milyar tinggal Rp 2 Milyar per minggu karena diambil jatahnya oleh jaringan Telesindo," ungkap Riad kepada Garasi 49
Ketika dikonfirmasi Presiden Direktur Telesindo, Hengky Setiawan mengakui berencana mengembangkan jaringan distribusi pulsa secara nasional. Langkahnya dengan mengakuisisi perusahaan pulsa lainnya. Namun, dia membantah harus menyetor sebagian keuntungan bisnisnya pada oknum Telkom. "Tidak pernah . Isu dari mana itu," katanya dengan nada tinggi, beberapa waktu lalu.
Menurut Riad, proyek lainnya yang menjadi incaran adalah proyek pemasangan jaringan dan perawatan infrastruktur. Proyek itu diserahkan pada Huawei Indonesia dengan melibatkan Trenggono. Proyek senilai US$ 500 juta ini diduga sarat rekayasa dalam proses tender. Berhembus kabar, melalui Trenggono, perusahaan swasta dari Cina itu telah memberikan komisi senilai US$ 5 Juta pada Hatta, tapi isu itu segera ditampiknya. Karena Hatta tahu jumlah yang diberikan pada Trenggono jauh lebih besar.
Ketika dikonfirmasi soal isu ini, Yunny Christine, Corporate Communication Huawei Indonesia enggan berkomentar. "Kami tidak akan memberi tanggapan atas pertanyaannya," katanya via surat elektronik kepada sumber di Garasi 49.
Arief sendiri belum bisa dikonfirmasi sampai saat ini. Ketika disambangi di kantornya di PT Telkom Jakarta, beberapa waktu lalu, Arif tidak bersedia bertemu. Saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR mengenai kinerja Telkom, Arief pun mangkir.
Ririek Adriansyah, Direktur Complience And Risk Management Telkom mengaku tak tahu menahu ihwal tudingan di atas, termasuk pertemuan di rumah Hatta Radjasa. Dahi Ririek berkerut dengan raut wajah terkejut ketika membantas isu pertemuan tersebut. "Saya tidak tahu. Tanyakan saja sama yang cerita," kata Pjs Dirut Telkom dengan nada meninggi. Ketika dikonfirmasi, Hatta juga tak menjawab satu pun pertanyaan yang diajukan oleh aktivis Garasi 49 tentang dugaan-dugaan di atas.
Menurut sumber Garasi 49, dugaan adanya korupsi tingkat tinggi di BUMN paling basah milik Indonesia itu sudah dilaporkan kepada KPK pada tanggal 31 Oktober 2012, pukul 14:32. Laporan diterima oleh Saudari Reni, staf administrasi KPK. Nomor telpon yang tercantum dalam laporan itu atas nama Pak Romo dengan nomer telp: 021-25578300 dan sampai saat ini belum ada tanggapan, tindak lanjut atau proses apa-apa dari Ketua KPK Saudara Abraham Samad atas laporan dari masyarakat yang menamakan Gerakan Rakyat Anti Korupsi 49 yang beralamatkan di Jalan Guntur 49 Jakarta tersebut.
Semoga saja KPK tidak melakukan pemberantasan korupsi yang tebang pilih, mengingat penegakan hukum atas tindak pidanan korupsi yang bersifat tebang pilih justru akan semakin menyuburkan korupsi, kongkalikong, patgulipat dan kolusi di Bumi Pertiwi. [TIM Islam Times/HJ/MK]
baca juga :
Ada Apa Dibalik Penjualan Saham 'Sehat' Telkomvision Kepada CT Corps? ==> http://chirpstory.com/li/89795
Praktik KKN Kroni Menko Hatta Rajasa Hancurkan PT. Telkom Tbk ? ==> http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2013/06/medianusantara-praktik-kkn-kroni-menko.html
Islam Times- Modus lainnya adalah dengan melakukan pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan tertentu saja. Kabarnya PT Telesindo dan PT Akar Daya yang digadang-gadang sebagai perusahaan penjual pulsa Telkomsel.
Dua tahun menjelang suksesi, partai politik bersiap mengisi lumbung-lumbung kas partai. Proyek-proyek di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi incaran.
Delapan orang petinggi PT Telkom Tbk, berkumpul di perumahan elit Golf Mansion Nomor 26, Jakarta Selatan. Ditemani salah seorang bendahara Partai Berlambang Matahari Terbit, pria berambut putih menerima tamunya. Di rumah pribadi yang dipagari tembok putih setinggi dua meter dan gerbang besi bercat coklat ini, siasat mulai dirancang.
Di sinilah Arief Yahya Direktur Utama Telkom bersama direksi yang terpilih lain menggelar pertemuan beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Telkom, 11 Mei 2012 lalu. Salah seorang sumber di dalam Telkom menyebutkan bahwa pertemuan ini bukan sekali saja tapi sudah berlangsung sejak tiga bulan sebelumnya. Beberapa tempat yang sering digunakan selain rumah tersebut adalah lapangan Golf Rawamangun, Jakarta Timur. Munculnya pertemuan tersebut menimbulkan dugaan bahwa pergantian Direksi Telkom yang dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, Mei lalu, sarat dengan intervensi politik. Saat RUPS berlangsung masa jabatan Dirut Telkom sebelumnya yakni Rinaldi Firmansyah baru saja diperpanjang lima tahun kedepan sejak RUPS-SLB semester I/2011. Namun saat RUPS, justru Dahlan memilih Arif Yahya sebagai pucuk pimpinan Telkom menggantikan Rinaldi Firmansyah.
Arif adalah Direktur Enterprise and Wholesale, yang diangkat pada 2005. Lulusan teknik elektro Institute Teknologi Bandung ini bergabung di Telkom sejak lulus kuliah pada 1986. Rumor yang beredar, pergantian ini sebagai langkah partai untuk menyiapkan dana Pemilihan Presiden 2014 mendatang. Telkom menjadi rebutan lumbung partai karena membukukan keuntungan besar bagi negara, nomer dua setelah BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas.
Dalam siaran persnya, medio tahun ini kinerja keuangan dan operasi Telkom sepanjang semester I-2012 terus membaik. Pendapatan Telkom tumbuh sebesar 6,8% atau Rp 36,7 trilliun. Kenaikan tersebut antara lain disumbang pertumbuhan pendapatan anak perusahaan bidang seluler sebesar 9,5% atau Rp 25,4 trilliun.
Riad Oscha Chalik, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Aptanel) menduga terpilihnya Arief Yahya dalam bursa pencalonan direktur saat itu atas desakan Menko Perekonomian Hatta Radjasa. Padahal Arief saat menjabat sebagai Direktur Enterprise and Wholesale tersandung dugaan kasus Gratifikasi Program Mobile Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). Bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat melayangkan surat teguran pada 09 Januari 2012. Namun, yang mengherankan, Dahlan Iskan tetap menunjuk Arief sebagai Dirut Telkom.
Dahlan mengakui mendengar kasus Arief tapi telah mengklarifikasinya. "Itu sudah clear. Tidak mungkinlah saya ngawur. Tidak memperhatikan begitu-begitu. Memang ada yang lain selain Arief," tegas mantan bos Grup Jawa Pos ini kepada sejumlah wartawan beberapa waktu lalu. Selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa proses pemilihan direksi BUMN sarat dengan kepentingan politik. Menurut Riad, salah satu modus partai mengeruk dana lewat proyek BUMN adalah dengan menempatkan orang kepercayaan. Nah untuk kasus Telkom, Hatta menempatkan Sakti Wahyu Trenggono, salah satu Bendahara Partai Amanat Nasional. "itu orang dekat Hatta," ujar Raid.
Trenggono juga dikenal sebagai pengusaha yang pertama kali bergerak di bidang penyewaan Base Transceiver Station (BTS) telepon seluler. Ia pemilik PT Solusindo Kreasi Pratama. Kedekatan Arief Yahya dan Trenggono terjalin melalui berbagai kerjasama proyek.
Proyek besar pertama perusahaan yang didirikan tahun 2002 ini datang dari Telkom(Flexi) di tahun yang sama. Saat itu Arief Yahya menjadi Kandatel Jakarta Barat. "Telkom Flexi banyak kasih proyek besar pada Trenggono, untuk penyewaan tower," ujar narasumber dari Garasi 49 (Gerakan Rakyat AntiKorupsi 49).
Dengan bantuan Trenggono inilah, Arief Yahya mendapat dukungan Hatta Radjasa. Sumber lain mengatakan mereka sering tampak mengayuh stik golf bersama di lapangan golf Rawamangun dan Bogor Raya. Bahkan, sejak tiga bulan sebelum RUPS, Arief sudah mendapat kepastian menjadi Dirut berkat lobby Trenggono pada Hatta. Hatta sampai berucap "sudah you diam saja, jangan bergerak. You susun kabinet, pasti jadi," kata narasumber Garasi 49 menirukan ucapan Hatta. Riad menduga dukungan ini jelas tidak gratis.
Sumber dari Garasi 49 menduga Arief Yahya menjanjikan sejumlah proyek Telkom kepada Trenggono. Untuk mewujudkan misinya, Arief banyak melakukan perombakan manajemen dengan orang-orang yang dahulu ada di bawah divisinya. Dia semakin leluasa manakala Dahlan Iskan memberikan kebebasan Arief untuk membentuk direksi di bawahnya.
Sebagai contoh, Telkomsel berencana menyewa BTS milik PT Tower Bersama Group (TBG). Di TBG ini Trenggono memiliki saham hampir 30% persen. Saham ini didapatkannya setelah ia menjual PT Solusindo Kreasi Pratama pada TBG dua tahun lalu. Awalnya Trenggono hanya mendapatkan 10% persen saham dan belakangan bertambah setelah berhasil mendapatkan proyek 10.000 BTS yang akan disewakan pada Telkomsel.
Menurut Riad, proyek BTS tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang ditargetkan mencapai 200 juta. Tower yang dibangun PT TBG ini berada di area terpencil atau Blank Spot. Perusahaan plat merah ini akan menyewa setiap tower PT TBG yang digunakan senilai Rp 17,5 juta perbulan. Tahap pertama yang sedang berjalan sekitar 1.900 tower, 1300 tower di antaranya diserahkan pada PT TBG dan sisanya 600 tower diserahkan pada PT Dayamitra Telekomunikasi.
Sebenarnya, proyek ini akan digarap seluruhnya oleh PT Dayamitra Telekomunikasi, anak perusahaan Telkom yang bergerak di bidang penyewaan BTS. Saat itu Rinaldi masih menjabat sebagai dirut Telkom.
Seiring pergantian direksi, pelaksanaan proyek ini kini dipegang oleh PT TBG dan PT Dayamitra. PT TBG tertarik menggarap proyek ini untuk mendulang uang dari bursa lewat initial public offering (IPO). "Kabarnya TBG pada tahap pertama bisa mendapat dana dari bursa senilai Rp 7 trilliun. Nah, yang Rp 1 trilliun buat Pak Rambut Putih untuk konsolidasi 2014," ujar Riad. Meski begitu, Hermas Setya Budi, Direktur Utama TBG mengaku tak mengetahui adanya proyek 10.000 BTS dari Telkomsel. "Kami tidak dapat memberikan informasi mengenai hal ini," ujarnya kepada Garasi 49.
Modus lainnya adalah dengan melakukan pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan tertentu saja. Kabarnya PT Telesindo dan PT Akar Daya yang digadang-gadang sebagai perusahaan penjual pulsa Telkomsel. Bahkan ada dugaan pemutusan kontrak kerjasama Telkomsel dengan PT Prima Jaya Informatika merupakan upaya mengalihkan jatah pulsa PT Prima. Namun PT Prima melawan hingga berujung putusan pailit PT Telkomsel dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Riad menuding pemusatan penjualan pulsa ini untuk mempermudah mengambil setoran ke partai. Bila terlalu banyak perusahaan yang bermain dalam penjualan pulsa tentu akan merepotkan pengumpulan upeti. Tapi tentu saja pemusatan penjualan pulsa pada satu atau dua perusahaan membuat perusahaan pulsa di daerah banyak yang gulung tikar. "Anggota saya di Indonesia Timur omzetnya turun drastis dari Rp 8 Milyar tinggal Rp 2 Milyar per minggu karena diambil jatahnya oleh jaringan Telesindo," ungkap Riad kepada Garasi 49
Ketika dikonfirmasi Presiden Direktur Telesindo, Hengky Setiawan mengakui berencana mengembangkan jaringan distribusi pulsa secara nasional. Langkahnya dengan mengakuisisi perusahaan pulsa lainnya. Namun, dia membantah harus menyetor sebagian keuntungan bisnisnya pada oknum Telkom. "Tidak pernah . Isu dari mana itu," katanya dengan nada tinggi, beberapa waktu lalu.
Menurut Riad, proyek lainnya yang menjadi incaran adalah proyek pemasangan jaringan dan perawatan infrastruktur. Proyek itu diserahkan pada Huawei Indonesia dengan melibatkan Trenggono. Proyek senilai US$ 500 juta ini diduga sarat rekayasa dalam proses tender. Berhembus kabar, melalui Trenggono, perusahaan swasta dari Cina itu telah memberikan komisi senilai US$ 5 Juta pada Hatta, tapi isu itu segera ditampiknya. Karena Hatta tahu jumlah yang diberikan pada Trenggono jauh lebih besar.
Ketika dikonfirmasi soal isu ini, Yunny Christine, Corporate Communication Huawei Indonesia enggan berkomentar. "Kami tidak akan memberi tanggapan atas pertanyaannya," katanya via surat elektronik kepada sumber di Garasi 49.
Arief sendiri belum bisa dikonfirmasi sampai saat ini. Ketika disambangi di kantornya di PT Telkom Jakarta, beberapa waktu lalu, Arif tidak bersedia bertemu. Saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR mengenai kinerja Telkom, Arief pun mangkir.
Ririek Adriansyah, Direktur Complience And Risk Management Telkom mengaku tak tahu menahu ihwal tudingan di atas, termasuk pertemuan di rumah Hatta Radjasa. Dahi Ririek berkerut dengan raut wajah terkejut ketika membantas isu pertemuan tersebut. "Saya tidak tahu. Tanyakan saja sama yang cerita," kata Pjs Dirut Telkom dengan nada meninggi. Ketika dikonfirmasi, Hatta juga tak menjawab satu pun pertanyaan yang diajukan oleh aktivis Garasi 49 tentang dugaan-dugaan di atas.
Menurut sumber Garasi 49, dugaan adanya korupsi tingkat tinggi di BUMN paling basah milik Indonesia itu sudah dilaporkan kepada KPK pada tanggal 31 Oktober 2012, pukul 14:32. Laporan diterima oleh Saudari Reni, staf administrasi KPK. Nomor telpon yang tercantum dalam laporan itu atas nama Pak Romo dengan nomer telp: 021-25578300 dan sampai saat ini belum ada tanggapan, tindak lanjut atau proses apa-apa dari Ketua KPK Saudara Abraham Samad atas laporan dari masyarakat yang menamakan Gerakan Rakyat Anti Korupsi 49 yang beralamatkan di Jalan Guntur 49 Jakarta tersebut.
Semoga saja KPK tidak melakukan pemberantasan korupsi yang tebang pilih, mengingat penegakan hukum atas tindak pidanan korupsi yang bersifat tebang pilih justru akan semakin menyuburkan korupsi, kongkalikong, patgulipat dan kolusi di Bumi Pertiwi. [TIM Islam Times/HJ/MK]
baca juga :
Ada Apa Dibalik Penjualan Saham 'Sehat' Telkomvision Kepada CT Corps? ==> http://chirpstory.com/li/89795
Praktik KKN Kroni Menko Hatta Rajasa Hancurkan PT. Telkom Tbk ? ==> http://
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment